SUARA INDONESIA SITUBONDO

Abdur Peternak Penggerak Ekonomi Desa di Situbondo

Syamsuri - 16 July 2023 | 10:07 - Dibaca 3.80k kali
Features Abdur Peternak Penggerak Ekonomi Desa di Situbondo
Abdurrahman sukses mengembangkan bisnis peternakannya hingga dijuluki sebagai penggerak ekonomi desa di Situbondo, (Foto: Syamsuri/Suaraindonesia.co.id).

SITUBONDO, Suaraindonesia.co.id - Abdurrahman (44), asal Desa Tambak Ukir, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo ini hanya mengenyam pendidikan hanya sampai ke Madrasah Aliyah. Namun, pengetahuannya soal peternakan boleh diadu. Dia sukses mengelola bisa peternakan. Ia juga nobatkan sebagai penggerak ekonomi desa.

Abdur—sapaannya menjadi peternak sejak tahun 2019 saat usianya sudah 40 tahun. Ia belajar bisnis peternakan ayam petelur dan bebek saat masih menjadi santri di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Berkat bekal dari pondok, sampai saat ini bisnis peternakan milik Abdur terus berkembang pesat. Bahkan, ia juga kewalahan memenuhi permintaan telur ayam dan bebek.

"Saat musim liburan sekolah ini mobilisasi pembeli telur ayam dan bebek daging meningkat, ini sungguh memiliki dampak positif bagi peternak. Karena menjadi berkah dengan meningkatnya permintaan telur dan bebek daging bagi para konsumen dan pedagang," kata Abdur saat ditemui di kandang, Minggu (16/07/2023).

Abdur menyebut bahwa saat ini dirinya memiliki lima kandang berisi ayam petelur dan beberapa kandang untuk bebek. Dari jumlah kandang ayam itu mampu menghasilkan 3 kwintal telur.

"Namun walaupun telur yang sudah tersedia cukup banyak, tetapi masih kurang untuk bisa memenuhi pasar, hal ini kemungkinan besarnya karena adanya liburan dan menjelang masuk sekolah serta memasuki bulan haji di tahun 2023 ini," tuturnya.

Dari penjualan telur dengan harga beli dari peternak sekitar Rp 28 ribu hingga 29 ribu, Abdur mampu meraup keuntungan puluhan jutaan rupiah. Belum lagi ditambah penjualan bebek yang terus meningkat.

Namun diakui Abdur, beternak bebek lebih besar resikonya dibanding ayam petelur. Musababnya, ketika cuaca tidak menentu akan mempengaruhi bobot bebek.

"Sebab, tidak menentunya cuaca ini dapat membuat produksi hasil panen unggas jenis bebek pedaging tidak stabil, karena cuaca yang tidak menentu memiliki dampak negatif yaitu terutama pada kualitas bobot bebek ini perlahan lahan bisa berangsur turun," jelasnya.

Tak semudah seperti membalikkan telapak tangan, selama menjalankan bisnis peternakan banyak persoalan dan berbagai tantangan yang harus dihadapi Abdur. Salah satunya adalah penyakit unggas yang datang kapan saja.

Namun itu semua bisa diatasi berkat ilmu yang ia dapat dari pondok dan peternak yang sudah berpengalaman dan sukses di bisnis peternakan. Dari situ, Abdur berhasil membuat vitamin racikan sendiri untuk mengatasi penyakit unggas.

"Ramuan yang saya racik ini sangat manjur dan sudah saya buktikan ketika turunnya hujan yang tidak menentu yang terjadi beberapa waktu lalu, ketika ternak saya banyak yang mengalami penyakit, ternyata setelah dikasih ramuan vitamin yang saya buat langsung sembuh," bebernya.

Ketika cuaca yang tidak menentu, lanjut Abdur, jika tidak segera tanggulangi akan berdampak pada penambahan penekanan biaya ternak miliknya. Sehingga bebek yang semula biasanya dapat dipanen waktu 41 hari, bisa bertambah hingga sepekan baru bisa dipanen.

"Termasuk juga peliharaan ayam broiler, hasil telur ayam yang semula bisa dipanen tiap hari mendapatkan 3 kwintal, ketika tidak disuplai oleh vitamin hasil racikannya sendiri, maka hasil panennya bisa dapat berkurang setiap harinya," terangnya.

Sementara itu, kebutuhan makan untuk ribuan ayam dan bebek, Abdur setiap harinya menghabiskan puluhan kwintal bekatul dengan harga sekitar Rp 5.500 per kilogram.

"Alhamdulillah ketika ayam telur dan bebek pedaging ini dipelihara dan dirawat serta disuplai dengan vitamin yang teratur dan benar, insyaallah hasilnya akan maksimal," pungkasnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Syamsuri
Editor : Irqam

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya