SITUBONDO, Suaraindonesia.co.id - Akar kayu jati tidak selamanya menjadi limbah, melainkan bisa dimanfaatkan jadi seni kerajinan bernilai tinggi. Humaedy, warga Dusun Karang Anyar, Desa Kendit, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo adalah perajin pernak pernik berbahan kayu jati.
Humaedy menggeluti usaha kerajinan dari akar kayu jati sejak tahun 1998 dengan modal awal Rp 600 ribu di bawah naungan UD Akar Dewa Jati. Sampai saat ini, pria 40 tahun ini memiliki 40 karyawan yang turut membesarkan usahanya.
"Alhamdulillah sampai sekarang usaha tetap eksis, bahkan beberapa orang dari luar yang pesan barangnya ada yang kami ditolak. Karena waktu dan tenaga sudah tidak lagi kuat. Melayani pelanggan lama saja pekerja yang kita sudah kewalahan," kata Humaedy pada Senin (24/07/2023).
Bermodal konsistensi untuk menghasilkan karya yang berkualitas, pelanggan dari sejumlah negara berdatangan. Humaedy memulai mengekspor produk perabotan rumah hingga dapur ini ke Eropa hingga Amerika dan Australia pada tahun 2017. Kemudian tahun 2020 mulai merambah ke Jepang.
"Sekali kirim jumlahnya mencapai puluhan ribu, untuk langganan tetap yaitu negara Slovenia, satu kali kirim kalau sudah pesan bisa sebanyak 5000 pcs, sedang untuk negara Perancis, Australia dan Jerman biasanya dua bulan sekali," ujar Humaedy.
Dia menyebut, produknya berbentuk topi berbahan dari akar kayu jati ini sangat laris di pasar internasional. Harganya pun relatif terjangkau, dari hari Rp 10 ribu hingga jutaan rupiah.
"Pemesan bukan hanya dari luar negeri saja, tetapi pejabat di lingkup Kabupaten Situbondo juga pernah memesan. Untuk harga tergantung tingkat kesulitan pembuatan produk," ungkapnya.
Humaedy menceritakan bahwa usaha yang dibangun tidak semulus orang-orang bayangkan, omset saat pandemi Covid-19 menurun drastis. Kemudian, ia memutar otak memasarkan produknya melalui online.
Hingga saat ini, sudah ada ribuan produk yang dihasilkan Humaedy, yakni seperti perabotan rumah, alat dekorasi rumah, dan perlengkapan dapur dengan ornamen menarik.
"Saat pandemi semua negara menutup akses ekspor impor termasuk Indonesia saat itu, akhirnya kami bergegas jualan secara online, dan alhamdulillah masih terus lancar sampai sekarang," ujarnya
Terkait pendapatan, Humaedy mengaku, cukup untuk mengembangkan usahanya kembali. Seperti untuk membeli bahan baku akar kayu jati dan membayar 40 karyawan yang bekerja di UD Akar Dewa Jati.
"Untuk meraih kesuksesan ini kita harus bekerja keras, sabar dan ikhtiar, tentu prosesnya sangat panjang. Awal memasarkan hasil kerajinan berbahan dasar akar kayu jati saya harus datang ke Bali untuk menawarkan dan mempromosikan hasil karyanya," tambahnya.
Humaedy menyebutkan untuk bahan baku akar kayu jati masih sangat mudah. Ia mendapatkan bahan baku tersebut dari Situbondo hingga luar kota seperti Jember, Banyuwangi, Bondowoso dan kota lainnya.
"Bahan baku akar kayu jati terus tersedia, karena kita dalam seminggu harus bisa menyanggupi puluhan ribu pesanan untuk ekspor," pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Syamsuri |
Editor | : Irqam |
Komentar & Reaksi